Dukungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi terhadap program ketahanan pangan terus berlanjut. Berbagai komoditas pangan secara konsisten dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan sekaligus memberdayakan warga binaan.
Kali ini, Lapas Banyuwangi berhasil melakukan panen perdana kacang panjang di Lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) yang terletak di Kelurahan Pakis. Langkah produktif ini selaras dengan 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan warga binaan untuk ketahanan pangan, yang juga sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Kepala Lapas (Kalapas) Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, menyampaikan kabar gembira tersebut. Pada panen perdana kali ini, pihaknya berhasil memperoleh hasil yang cukup menjanjikan, yaitu sebanyak 40 kilogram kacang panjang.
“Alhamdulillah, panen perdana kita kali ini berjalan lancar dan menghasilkan 40 kg kacang panjang yang berkualitas,” ujar Wayan, Senin (25/8).
Lebih dari sekadar urusan ketahanan pangan, Wayan menegaskan bahwa kegiatan bercocok tanam ini merupakan bentuk pembinaan yang nyata bagi warga binaan. Melalui program ini, warga binaan tidak hanya memperoleh keterampilan baru di bidang pertanian tetapi juga belajar tentang nilai kerja keras, tanggung jawab, dan kerjasama.
“Ini adalah bagian dari proses pembinaan. Kita ingin para warga binaan memiliki bekal keterampilan yang bermanfaat setelah mereka kembali ke masyarakat, sekaligus mengisi waktu dengan kegiatan yang positif dan produktif,” jelasnya.
Kalapas juga mengungkapkan bahwa saat ini Lahan SAE Pakis telah mengalami diversifikasi atau pengembangan tanaman. Jika sebelumnya lahan hanya ditanami padi, kini telah tumbuh subur berbagai komoditas, mulai dari padi, kacang panjang, melon, hingga kelapa.
Mengenai pemanfaatan hasil panen, Wayan mengatakan bahwa seluruh kacang panjang yang dipanen akan diserahkan kepada rekanan penyedia bahan makanan Lapas. Selanjutnya, sayuran segar tersebut akan diolah menjadi salah satu bahan masakan untuk konsumsi warga binaan, sehingga turut meningkatkan gizi dan variasi menu makan mereka.
Ke depan, proyeksi panen pun sangat optimis. Dengan sistem penanaman yang dilakukan secara siklus atau bertahap, kacang panjang ini diproyeksikan dapat dipanen secara rutin setiap dua hari sekali. Hal ini menjamin ketersediaan sayuran segar yang berkelanjutan dan menandakan bahwa program pemberdayaan ini telah dirancang untuk jangka panjang.
“Semoga hal ini bisa berjalan dengan lancar dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Keberhasilan panen perdana kacang panjang ini menjadi bukti nyata komitmen Lapas Banyuwangi dalam mendukung program pemerintah dan membina warga binaan agar menjadi pribadi yang lebih mandiri dan siap untuk berintegrasi kembali dengan masyarakat.
•>Editor: Juli ESP