Detiksatu.id|Banyuwangi, – Aktivis dan pemikir kritis Banyuwangi, Raden Teguh Firmansyah, kembali melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan dan sistem pendidikan yang diterapkan Dinas Pendidikan Banyuwangi. Dalam diskusi bersama sejumlah wartawan di Warung 77, pada Rabu (22/1/25).
Lanjut, Raden menilai bahwa sistem pendidikan di Banyuwangi tidak berlandaskan logika dan cenderung bersifat komersial.
Selain itu, Raden menyebut bahwa kebijakan pendidikan di bawah kepemimpinan Kepala Dinas Pendidikan, Suratno, S.Pd, M.M., hanya menekan masyarakat kecil dengan sistem yang menyerupai “bank harian”.
“Program pendidikan di Banyuwangi ini bukan bertujuan mencerdaskan, melainkan menjadi sistem bisnis untuk mengisi dompet pribadi pejabatnya. Orang miskin semakin terbebani, bahkan banyak anak putus sekolah karena tidak mampu mengikuti sistem yang ada,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa kebijakan ini tidak mencerminkan rasa prihatin terhadap warga yang kurang mampu, sehingga menciptakan kesenjangan pendidikan di masyarakat.Raden juga menyoroti dampak dari kebijakan pendidikan yang ia anggap membunuh harapan anak-anak bangsa di Banyuwangi.
“Suratno sebagai kepala dinas adalah dalang dari sistem ini. Kebijakan yang diterapkannya menghancurkan masa depan generasi muda, terutama bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Pendidikan yang seperti ini membuat mereka malu untuk bersekolah, bahkan memilih putus sekolah,” jelas Raden.
Menurut Raden, kondisi ini sangat bertentangan dengan tujuan utama pendidikan, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia mengingatkan bahwa pendidikan tidak boleh menjadi alat untuk menekan, melainkan harus menjadi jembatan bagi semua lapisan masyarakat untuk mencapai kesuksesan.
Di tengah kritiknya, Raden memberikan harapan bagi masyarakat Banyuwangi dengan menekankan pentingnya pendidikan berbasis akal sehat dan logika.
“Pendidikan itu tanda orang pernah bersekolah, bukan sekadar tanda punya isi kepala. Yang terpenting adalah belajar dengan serius dan berdialektika. Masih ada harapan bagi anak-anak Banyuwangi jika sistem pendidikan diubah menjadi lebih inklusif dan berpihak pada masyarakat kecil,” ujarnya.
Sebagai aktivis, Raden juga terus mengedukasi masyarakat dengan membangun kesadaran kritis melalui diskusi dan kajian yang edukatif. Ia mendorong pemerintah untuk segera merevisi kebijakan pendidikan yang ada agar lebih sistematis dan berorientasi pada kepentingan masyarakat luas.**