Detiksatu.id | Banyuwangi – Aktivis Filsafat Logika Berpikir, Raden Teguh Firmansyah, melayangkan kritik keras terhadap pengelolaan Dana Abadi yang dinilainya telah menyimpang jauh dari tujuan awal. Menurutnya, dana yang seharusnya menjadi warisan kesejahteraan justru menjelma menjadi lumbung korupsi yang dilegalkan atas nama kebijakan.
“Dana Abadi seharusnya abadi karena manfaatnya bagi rakyat, bukan karena sistem korupsinya,” tegas Raden. Ia menilai, setiap tahapan pengelolaan dana, mulai dari pembentukan, investasi, hingga pemanfaatan hasil, menyimpan potensi besar untuk praktik kecurangan. Dari suap legislasi, investasi fiktif, hingga penyaluran bantuan yang tak tepat sasaran, semuanya menunjukkan betapa kekuasaan daerah telah kehilangan logika etiknya.
Raden menyebut fenomena ini sebagai “kematian akal budi dalam birokrasi”. Menurutnya, ketika hukum dan kebijakan dijalankan tanpa dasar moral, maka korupsi tidak lagi tampak seperti kejahatan, melainkan prosedur yang dianggap wajar.
“Korupsi hari ini tidak lagi berwajah jahat, karena ia memakai jas hukum dan bicara dengan bahasa pembangunan. Tapi hakikatnya, itu tetap pengkhianatan terhadap nurani rakyat,” ujar Raden dalam pernyataannya.
Ia juga mengingatkan bahwa Dana Abadi berpotensi menjadi alat politik dan kekuasaan, bukan instrumen kesejahteraan. Bila dibiarkan, korupsi dalam dana ini akan menciptakan generasi yang tumbuh di atas warisan kebohongan.
Raden menutup kritiknya dengan seruan moral yang menggugah
“Berhentilah menyebut diri pelayan rakyat bila tanganmu masih tenggelam dalam lumpur uang haram. Kekuasaan itu fana, uang pun lenyap. Tapi dosa sosial dari pengkhianatan akan hidup jauh lebih lama daripada umur pelakunya.”
Ia menegaskan, keabadian sejati bukan diukur dari panjangnya jabatan, melainkan dari kejujuran yang diwariskan kepada rakyat.


















