Surabaya – Detiksatu.id |Kegagalan Tim PON Jatim ke XXI di Aceh Sumatera Utara, khususnya dalam Cabang Olahraga (Cabor) Golf, harus menjadi evaluasi serius bagi Persatuan Golf Indonesia (PGI). Pasalnya, para atlet yang dipilih adalah atlet berkualitas yang seharusnya mampu bersaing di tingkat tinggi.
Kegagalan Cabor Golf ini menjadi sorotan utama para pengamat golf di Jawa Timur. Atlet pria yang diturunkan adalah para pemain berskala Asia; namun, ironisnya, tidak satupun medali berhasil diraih oleh kontingen Jawa Timur.
Kejadian ini jelas bukan hanya sekadar kehilangan medali, tetapi juga menjadikan sorotan penting terhadap proses persiapan dan pemilihan atlet yang seharusnya lebih mendalam dan strategis.
Dalam konteks ini, evaluasi yang mendalam harus segera dilakukan dan mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk KONI Jatim dan PGI Jatim yang bertanggung jawab langsung. Selain itu, Dispora Jatim serta semua pelatih yang menangani tim Golf juga perlu menjadi bagian dari diskusi ini.
Banyak pihak kini mempertanyakan kualitas latihan yang telah dilakukan; apakah sudah cukup intensif dan memenuhi standar internasional? Penilaian terhadap efektivitas strategi pelatihan yang diterapkan perlu dikaji ulang, mengingat atlet-atlet yang diturunkan memiliki pengalaman dan prestasi yang seharusnya membawa mereka ke posisi kompetitif yang lebih baik.
Di balik kegagalan ini, muncul pertanyaan reflektif mengenai sejauh mana program latihan yang dijalani mampu mengoptimalkan potensi setiap atlet.
Apakah kehadiran pelatih berpengalaman sudah cukup untuk mengarahkan mereka, atau mungkin ada kebutuhan mendesak akan pendekatan yang lebih inovatif dalam strategi pengembangan individu?.
Selain itu, penting untuk melibatkan psikolog olahraga dalam program pelatihan untuk membantu atlet mengatasi tekanan yang dihadapi di kompetisi tingkat tinggi. Beberapa pengamat berpendapat bahwa perlunya peningkatan dukungan mental dan fisik bagi para atlet agar dapat tampil optimal. Hal ini menyoroti bahwa keberhasilan adalah perpaduan dari penguasaan tekhnik, fisik yang prima dan mental yang kuat serta percaya diri.
Oleh karena itu, integrasi latihan mental ke dalam rutinitas sehari-hari atlet harus menjadi prioritas utama. Situasi ini bisa menjadi titik refleksi bagi pengurus PGI dan KONI Jatim untuk lebih aktif dalam mendalami kebutuhan spesifik para atlet, sehingga kesalahan serupa tidak terulang dalam event-event mendatang.
Dengan langkah evaluasi yang menyeluruh, harapan untuk kembali berprestasi di ajang olahraga yang akan datang tentunya masih terbuka lebar. Adalah penting bagi semua pihak untuk bersatu, merumuskan solusi yang efektif, dan memastikan bahwa langkah-langkah perbaikan diambil secara konsisten, demi masa depan yang lebih cerah bagi golf di Jawa Timur. (Bagas)